Mengubah lahan pertanian menjadi destinasi wisata itu sudah biasa. Tetapi menyulap lahan sawah dengan tetap mempertahankan area persawahan menjadi objek wisata cukup membuat mengundang rasa ingin tahu.
Setidaknya itu yang terasa saat berwisata ke Jelajah Sawah Pertanian Bowongan (JSPB) "Songgo Langit" di Dusun Sukorame, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul.
Destinasi ini tergolong baru karena tengah diuji coba pada 5-31 Januari 2018.
JSPB "Songgo Langit" adalah area sawah yang membentang seluas lima hektare. Hijau sejauh mata memandang, membuat mata segar setelah menempuh perjalanan yang menanjak dan berkelok curam.
Tak ada aktivitas bertani di area sawah yang sebagian milik petani dan sebagian lagi tanah kas desa. Yang terlihat justru muda-mudi, rombongan keluarga yang berwisata dengan berjalan santai di atas area sawah tanpa khawatir menginjak lumpur.
Di atas area persawahan dibangun jembatan bambu dengan ketinggian sekitar 1,5 meter dari permukaan sawah. Panjang jembatan 357 meter sengaja dibuat mengitari area sawah.
Batang-batang bambu petung yang berdiameter besar menjadi tiang-tiang penyangganya. Cukup kokoh menyangga beban wisatawan yang bisa puluhan orang bersamaan berada di atasnya.
Tak heran dinamakan "Songgo Langit" yang kurang lebih berarti menyangga langit. Lalu bilah-bilah bambu dipasang berjajar selebar satu meter menjadi papan jembatannya.
Tak hanya hijaunya sawah yang membentang dan pepohonan rimbun yang tumbuh di tepian sawah yang menjadi pemandangan penyejuk mata. Namun di sepanjang jembatan bambu itu menawarkan pemandangan menarik bagi wisatawan untuk berswafoto.
Lokasi yang paling sering menjadi area foto adalah sepanjang jalur jembatan. Lantaran sembari pengunjung berjalan sembari pula berhenti untuk membidik dengan kamera profesional atau pun dengan kamera ponsel.
Pengelola wisata di sana menyediakan atribut caping atau topi bundar dan lebar dari bambu dan payung yang bisa dipergunakan pengunjung. Ongkos sewa masing-masing Rp2 ribu sekali pakai.
Sejumlah titik tersedia untuk berswafoto. Ada luku atau alat membajak dari kayu yang dipajang di pagar jembatang. Luku merupakan alat bajak tradisional yang dioperasikan dengan ditarik hewan ternak seperti sapi atau pun kerbau. Alat bajak itu sudah cukup langka dipergunakan karena sudah digantikan dengan mesin traktor.
Sejumlah pengunjung yang mengendarai sepeda pun mengangkut sepedanya ke atas jembatan dan dikayuh di sana. Sembari berolah raga, tak lupa mengabadikan momentum bersepeda di atas sawah.
Foto-foto panorama indah "Songgo Langit" sudah cukup ramai di media sosial, meskipun obyek wisata itu tergolong baru.
Di sini pengunjung bisa menemukan panggung dua lantai dari bambu yang dibuat di salah satu sudut jembatan. Panggung tinggi yang disebut dengan gardu pandang itu tak hanya berfungsi sebagai titik foto.
Dari atasnya pengunjung bisa menikmati suasana pedesaan yang jauh membentang dari ketinggian. Meskipun di atas sawah, pengunjung dipersilakan mengudap makanan. Catatannya, sampahnya dibuang ke dalam keranjang-keranjang sampah dari anyaman bambu yang disediakan di sepanjang jembatan.
Desa Wisata "Songgo Langit" Sukorame, memiliki objek wisata yang terkesan sederhana, tetapi ada tantangan sendiri untuk membuatnya. Mengingat semua dusun di Mangunan telah mempunyai desa wisata yang mengandalkan keunikan alamnya.
Wisata "Songgo Langit" memasang tarif untuk parkir kendaraan roda empat Rp5 ribu dan Rp2 ribu untuk roda dua. Sedangkan tiket masuk masih sukarela. Tiket masuk dipatok Rp2ribu per orang. Sedangkan bagi pengunjung yang melakukan foto pranikah dikenai tarif Rp100 ribu.
Sayangnya, belum ada homestay atau pun penginapan di seputaran Sukarame. Di sisi lain, meskipun belum ada angkutan pedesaan yang berseliweran di sana, pengunjung yang tidak mengendarai kendaraan pribadi mendapat kemudahan untuk sampai ke Sukorame.
0 komentar:
Posting Komentar